MahesaMediaCenter, Singkawang (Kalbar) + Singkawang salah satu daerah yang harmonisasi antar etnisnya sangat bagus. Nyaris tidak pernah terjadi konflik antar etnis hingga Kota Singkawang dapat sebutan Kota Bertoleran.
“Mungkin daerah yang paling terbuka terhadap etnis manapun yang datang ke daerahnya’ ya orang Melayu. Sejak zaman dahulu Orang Melayu terbiasa hidup berdampingan secara damai dengan etnis lain, apakah Tionghoa atau suku lainnya,”kata Joko dalam pertemuan itu.
Dalam Pertemuan musyawarah tersebut dihadiri Bersama Ormas-Ormas Melayu dan Lembaga seperti: PFKPM, POM, FKPM, LPM, MABM, SPM, PHBI, KERABAT ULAMA SERAMBI MAKKAH dan BALA KOMANDO, dan Tokoh-Tokoh Masyarakat :
Saputra : LPM
Mulyadi Kamal : PHBI
Rudi Sandiosa : FKPM
Indiarto Edi P : POM
Muhamadin : PFKPM
Hamdi : MABM
Ashari Arhap : ISBZN
Dedi Mulyadi : Bala Komando
M. Alwi : SPM
Dika : IKU-SM
Ikhsan : Melayu Kreatif
Zikriadi : Muda Cendikiawa
Dan Tokoh-Tokoh Puak Melayu.
Moderator : Vijay Khan.
Nara Sumber : Dedi Mulyadi
Ormas-Ormas Melayu, Tokoh-Tokoh Masyarakat dan Lembaga lainnya menggagas agar budaya melayu dapat dilestarikan di Kota Singkawang nantinya dan setiap tahun akan diadakan agenda parade yang menampilkan budaya melayu sebagai mana even Cap Go Meh oleh Tionghua dan Naik Dangau budaya Dayak”Ungkap Dedi Mulyadi selaku Ketua Bala Komando.
Menurut Dedi Mulyadi .”Ada kecendrungan paska reformasi, daerah suka membuat perda berbau syariah. Inilah yang ingin kami kaji. Apakah asumsi itu benar ataukah yang terjadi hanya penguatan Kemelayuan paska reformasi”.
Dalam diskusi, juga menguraikan keberadaan Adat Melayu yang didalamnnya tidak hanya mengayomi Etnis Melayu saja, tapi juga etnis lain dan menjadi payung bagi semua etnis. “Lihat saja lambang Bala Komando yang ada bulan dan bintang,”ujarnya.
Indiarto Edi P Ketua POM Kota Singkawang mengungkapkan, “upaya melestarikan budaya melayu bukan hanya tanggung jawab segelintir tapi merupakan tanggung jawab bersama. Agar Melayu tidak hilang dari muka bumi, maka menjaga adat resam budaya Melayu menjadi kewajiban setiap individu yang menyebut jati dirinya sebagai bangsa Melayu. Keberadaan wadah ini sangat dibutuhkan sebagai bentuk ekspresi dari kehendak masyarakat Melayu untuk berhimpun,memusyawarahkan keberadaan adat dan kebudayaan Melayu, baik dalam konteks daerah, provinsi, nasional bahkan level dunia dan Integrasi berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga, individu diperlukan untuk melestarikan nilai luhur budaya bangsa dan menjaga bangsa ini dari serbuan budaya asing”.
Menurut Saputra Ketua LPM Kota Singkawang menjelaskan “masyarakat Melayu harus tetap bersatu dan tidak boleh terpecah-pecah di kemudian hari.
Sehingga masyarakat Melayu dapat tetap eksis dan berperan dalam pembangunan di Kota Singkawang dan masyarakat Melayu untuk tetap menjaga budayanya dan membesarkannya, agar terus terpelihara. “Tidak mungkin kalau bukan puak Melayu sendiri yang membesarkanya, ada suku lain yang mau membesarkannya?” ungkapnya.
Diskusi juga dihadiri peserta dari berbagai lembaga melayu lainnya , dan sejumlah wartawan dari berbagai media yang ada di Kota Singkawang.
Banyak hal lain yang diperbincangkan, khususnya isu isu Kemelayuan terbaru di Kota Singkawang, Baik itu masalah politik lokal sampai sisi kepemimpinan yang ada dikota Singkawang.
Pertemuan Senin 25 Juli 2022 malam menghasilkan bahwa wadah dibentuk dengan Nama :”Badan Musyawarah Budaya Melayu Serumpun”
Dan juga telah dibentuk panitia musyawarah lanjutan di rumah Balai Serumpun Rumah Adat Melayu.
Pertemuan lanjutan di Rumah Melayu pada Senin, Tgl 1 Agustus 2024.
(Tim Jurnalis) “Hjk