Kirab Rajakaya Ngeposari, Tradisi Adat yang Meneguhkan Desa Mandiri Budaya

MediaSuaraMabes, Gunungkidul — Pemerintah Kalurahan Ngeposari, Kapanewon Semanu, menggelar Upacara Adat Gumbregan: Kirab Rajakaya, Selasa (14/10/2025). Tradisi ini menjadi momentum bagi warga untuk bersyukur atas hasil ternak sekaligus memperkuat identitas budaya lokal di tengah modernisasi.

Kirab Rajakaya dimulai dari Balai Padukuhan Mojo menuju Balai Padukuhan Semuluh Lor, menampilkan arak-arakan hewan ternak seperti sapi, kambing, ayam, dan itik. Hewan-hewan tersebut merupakan simbol kemakmuran dan ketekunan masyarakat petani-peternak di wilayah Ngeposari.

Lurah Ngeposari, Ciptadi, menyampaikan bahwa Kirab Rajakaya bukan sekadar acara seremonial, melainkan bentuk penghormatan terhadap leluhur dan wujud nyata pelestarian budaya.

“Upacara Gumbregan ini menjadi ruang bagi masyarakat untuk mengingat nilai-nilai gotong royong dan kearifan lokal. Melalui tradisi ini, kami ingin menegaskan bahwa budaya adalah kekuatan yang menyatukan sekaligus menggerakkan pembangunan desa,” ujar Ciptadi.

Sementara itu, Kepala Padukuhan Kangkung B, Senen, menambahkan bahwa Kirab Rajakaya diharapkan dapat menjadi agenda budaya yang berkelanjutan dan memberi manfaat ekonomi bagi warga.

“Kami ingin Ngeposari tumbuh menjadi Kalurahan Mandiri Budaya, tempat tradisi dan inovasi berjalan beriringan. Harapannya, kegiatan seperti ini juga dapat menarik minat generasi muda untuk ikut menjaga warisan budaya,” tutur Senen.

Acara berlangsung meriah dan penuh kekhidmatan, diikuti oleh warga dari berbagai padukuhan. Selain kirab ternak, masyarakat juga menggelar doa bersama serta pentas seni tradisional sebagai ungkapan rasa syukur.

Melalui Kirab Rajakaya, Kalurahan Ngeposari menunjukkan komitmennya menjaga warisan budaya sekaligus menegaskan peran masyarakat pedesaan dalam melestarikan nilai-nilai luhur bangsa.

Editor: Must WotoW
Foto: Dokumentasi Kalurahan Ngeposari

Related posts